Jumat, 20 November 2015

Asuhan Kegawat Darurat Sistem Endokrin




                                                                              BAB I

  1. PENDAHULUAN
    Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai "pembawa pesan" dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah, kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastroinstestin.
    Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah.
    Hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh. 


    Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalam darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi tubuh.
    untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam batas-batas yang tepat.
    Kelainan metabolisme seringkali disebabkan oleh kelainan genetik yang mengakibatkan hilangnya enzim tertentu yang diperlukan untuk merangsang suatu proses metabolisme
    Pada keadaan tertentu bisa terjadi kondisi kelainan sistem endokrin yang membutuhkan penanganan segera atau gawat darurat, keadaan gawat darurat endokrin terjadi karena akibat lebih lanjut dari kelainan fungsi dari kelenjar endokrin.
    Gawat darurat adalah suatu kondisi yang membutuhkan tindakan segera untuk menangggulangi ancaman terhadap jiwa atau anggota badan seseorang yang timbul secara tiba-tiba, keterlambatan penanganan dapat membahayakan klien, mengakibatkan terjadinya kecacatan atau mengancam kehidupan.
    Gawat darurat endokrin adalah keadaan gawat darurat yang diakibatkan gangguan dari sistem endokrin, sehingga terjadi kondisi mengancam jiwa seseorang yang memerlukan pertolongan segera agar tidak terjadi kematian.
    Keadaan gawat darurat endokrin bisa diakibatkan oleh karena terganggunya produksi horman baik kelebihan maupun kekurangan produksi hormon oleh suatu kelenjar endokrin. Kondisi gawat darurat sistem endokrin antara lain :
    1. Miksedema / koma miksedema
    2. Krisis Tirotosik (Tyroid storm)
    3. Krisis Addison
    4. Hipoglikemia.
    Karena itu diperlukan suatu pengetahuan bagi perawat untuk dapat menilai dan mengambil suatu tindakan tertentu untuk dapat menyelamatkan jiwa.

    BAB II
    TINJAUAN TEORI

    1. Miksedema / Koma Miksedema
    Definisi
    Miksedema adalah keadaan lebih lanjut yang diakibatkan oleh karena kadar hormon tiroid dalam darah berkurang. Hormon tiroid dalam darah berkurang karena kurang aktifnya kelenjar tiroid dalam menghasilkan hormon tiroid atau hormon tiroid yang dihasilkan terlalu sedikit (Hipotiroidisme) pada orang dewasa.
    Koma Miksedema adalah keadaan yang mengancam nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme.

    Patofisiologi
    Gangguan pada kelenjar tiroid menyebabkan penurunan produksi hormon tiroid, sehingga mengganggu proses metabolisme tubuh. Yang berakibat :
    - Produksi ATP dan ADP menurun terjadi kelelahan (intoleransi aktifitas).
    - Gangguan fungsi pernafasan, terjadi depresi ventilasi (hipoventiasi).
    - Produksi kalor (panas) turun terjadi hipotermia.
    - Gangguan fungsi gastroentestinal, terjadi peristaltik usus menurun sehingga absorbsi cairan meningkat terjadi konstipasi.
    - Karena terjadi hipoventilasi suplai 02 ke jaringan berkurang demikian juga dengan otak sehingga terjadi perubahan pola kognitif terjadi perubahan proses pikir.

    Etiologi
    Banyak kasus koma miksidema dilatarbelakangi karena Hipotiroidisme berat, pembedahan kelenjar tiroid, atau karena pengaruh radioaktif yodium pada pengobatan gangguan tiroid.
    Koma miksidema diakibatkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi Kelenjar Tiroid, maka kadar HormonTiroid (HT) yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar Tiroid Stimulating Hormon (TSH) dan Tiroid Releaxing Hormon (TRH) karena tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus.
    Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT.
    Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH. Penurunan Hormon Tiroid dalam darah menyebabkan laju metabolism basal turun, yang mempengaruhi semua sistem tubuh.
    Beberapa faktor yang memicu terjadinya koma miksidema secara tiba-tiba terutama pada penderita hipotiroidisme, antara lain :
    1. Obat-obatan (sedative, narkotika, dan obat anesthesi).
    2. Faktor infeksi.
    3. Stroke.
    4. Trauma.
    5. Gagal Jantung.
    6. Perdarahan saluran pencernaan.
    7. Hypotermia
    8. Kegagalan pengobatan gangguan kelenjar tiroid.

    Gambaran Klinis
    1. Sistem neuromuskuler, terjadi kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang lambat dan canggung.
    2. Sistem Kardiovaskuler, terjadi penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema), dan penurunan curah jantung.
    3. Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki.
    4. Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu
    makan dan penyerapan zat gizi dari saluran cerna.
    5. Sistem pencernaan terjadi konstipasi.
    6. Sistem pernafasan, terjadi sesak nafas saat aktifitas, pembengkakan pada lidah dan apnea pada tidur yang diamati.
    7. Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi siklus menstruasi menjadi tidak teratur bagi perempuan. Kesulitan dalam hamil dan wanita hamil mungkin keguguran.
    8. Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala, alis tumbuh tipis, rapuh dan mudah rontok.
    9. Akibat lebih jauh karena hipotirodisme ini adalah keadaan yang disebut miksidema yang ditandai muka oedema terutama pada sekitar bibir, hidung dan kelopak mata, terjadi bradikardia, hypotermia tanpa menggigil, hypotensi, hypoventilasi dan penurunan kesadaran sampai koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberi hormon tiroid dan stabilisasi semua gejala.

    Pemeriksaan Penunjang
    Pemeriksaan darah yang mengukur kadar Hormon Tiroid (T3 dan T4), Tiroid Stimulating Hormon, dan Tiroid Releasing Hormon akan dapat mendiagnosis kondisi dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui fungsi tiroid biasanya menunjukkan:
    - T4 serum rendah, TSH meningkat
    - Respon dari TSH ke TRH meningkat
    - Cholesterol meningkat
    - Hiponatremia, konsentrasi pCO2 meningkat (Hipoksemia)
    - Pemeriksaan rontgen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran jantung.
    - Pemeriksaan EKG dan enzim-enzim jantung diperlukan untuk mengetahui adanya gangguan fungsi jantung.
    Pemeriksaan fisik menunjukkan tertundanya pengenduran otot selama pemeriksaan refleks. Penderita tampak pucat, kulitnya kuning, pinggiran alis matanya rontok, rambut tipis dan rapuh, ekspresi wajahnya kasar, kuku rapuh, lengan dan tungkainya membengkak serta fungsi mentalnya berkurang. Tanda-tanda vital menunjukkan perlambatan denyut jantung,tekanan darah rendah dan suhu tubuh rendah.
    Penatalaksanaan
    Miksedema / Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma. Penatalaksanaan dilakukan untuk stabilisasi semua gejala dan mencegah terjadinya kematian. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedema), obat yang diberikan antara lain :
    * 500 μg tiroksin i.v sesegera mungkin diikuti dengan
    * 100 μg T4 setiap hari dan
    * Hidrocortison 100 μg i.v tiap 8 jam

    Pengkajian Keperawatan
    Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak mungkin informasi antara lain :
    1. Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
    2. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti
    a. Pola makan
    b. Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
    c. Pola aktivitas.
    3. Tempt tinggal klien sekarang dan pada waktu balita.
    4. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh :
    a. Sistem pulmonari.
    b. Sistem pencernaan.
    c. Sistem kardiovaslkuler.
    d. Sistem muskuloskeletal.
    e. Sistem neurologik dan Emosi/psikologis.
    f. Sistem reproduksi.
    g. Metabolik.
    5. Pemeriksaan fisik mencakup
    a. Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh keen dan pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat.
    b. Nadi lambat dan suhu tubuh menurun.
    c. Perbesaran jantung.
    d. Disritmia dan hipotensi.
    e. Parastesia dan reflek tendon menurun.
    6. Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sasial dengan lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari.
    Diagnosa dan Intervensi
    1. Intoleran aktivitas berhubungan dengan. kelelahan dan penurunan proses kognitif.
    Tujuan : Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian.
    Intervensi
    a. Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang
    dapat ditolerir.
    Rasional : Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan
    istirahat yang adekuat.
    b. Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.
    Rasional : Memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas
    perawatan mandiri.
    c. Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress.
    Rasional : Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress pada pasien.
    d. Pantau respons pasien terhadap peningkatan aktititas.
    Rasional : Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang.
    2. Perubahan suhu tubuh.
    Tujuan : Pemeliharaan suhu tubuh yang normal.
    Intervensi
    a. Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut.
    Rasional : Meminimalkan kehilangan panas.
    b. Hndari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar (misalnya, bantal pemanas,
    selimut listrik atau penghangat).
    Rasional : Mengurangi risiko vasodilatasi perifer dan kolaps vaskuler.
    c. Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunannya dari nilai dasar suhu
    normal pasien.
    Rasional : Mendeteksi penurunan suhu tubuh dan dimulainya koma miksedema
    d. Lindungi terhadap pajanan hawa. dingin dan hembusan angin.
    Rasional : Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien dan menurunkan lebih lanjut
    kehilangan panas.
    3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
    Tujuan : Pemulihan fungsi usus yang normal.
    Intervensi
    a. Dorong peningkatan asupan cairan.
    Rasional : Meminimalkan kehilangan panas.
    b. Berikan makanan yang kaya akan serat.
    Rasional : Meningkatkan massa feses dan frekuensi buang air besar.
    c. Ajarkan kepada klien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air
    Rasional : Untuk peningkatan asupan cairan kepada pasien agar . feses tidak keras
    d. Pantau fungsi usus.
    Rasional : Memungkinkan deteksi konstipasi dan pemulihan kepada pola defekasi
    yang normal.
    e. Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.
    Rasional : Meningkatkan evakuasi feses.
    f. Kolaborasi : untuk pemberian obat pecahar dan enema bila diperlukan
    Rasional : Untuk mengencerkan fees.
    4. Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan untuk terapi penggantian tiroid
    seumur hidup.
    Tujuan : Pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yang diresepkan.
    Intervensi
    a. Jelaskan dasar pemikiran untuk terapi penggantian hormon tiroid.
    Rasional : Memberikan rasional penggunaan terapi penggantian hormon tiroid
    seperti yang diresepkan, kepada pasien
    b. Uraikan efek pengobatan yang dikehendaki pada pasien
    Rasional : Mendorong pasien untuk mengenali perbaikan status fisik dan kesehatan
    yang akan terjadi pada terapi hormon tiroid.
    c. Bantu pasien menyusun jadwal dan cheklist untuk memastikan pelaksanaan sendiri
    terapi penggantian hormon tiroid.
    Rasional : Memastikan bahwa obat yang; digunakan seperti yang diresepkan.

    d. Uraikan tanda-tanda dan gejala pemberian obat dengan dosis yang berlebihan dan
    kurang.
    Rasional : Berfungsi sebagai pengecekan bagi pasien untuk menentukan apakah
    tujuan terapi terpenuhi.
    e. Jelaskan perlunya tindak lanjut jangka panjang kepada pasien dan keluarganya.
    Rasional : Meningkatkan kemungkinan bahwa keadaan hipo atau hipertiroidisme
    akan dapat dideteksi dan diobati.
    5. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
    Tujuan : Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas yang normal.
    Intervensi
    a. Pantau frekuensi; kedalaman, pola pernapasan; oksimetri denyut nadi dan gas darah
    arterial
    Rasional : Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk memantau perubahan
    selanjutnya dan mengevaluasi efektifitas intervensi.
    b. Dorong pasien untuk napas dalam dan batuk
    Rasional : Mencegah aktifitas dan meningkatkan pernapasan yang adekuat.
    c. Berikan obat (hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati
    Rasional : Pasien hipotiroidisme sangat rentan terhadap gangguan pernapasan akibat
    gangguan obat golongan hipnotik-sedatif.
    d. Pelihara saluran napas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi
    jika diperlukan.
    Rasional : Penggunaan saluran napas artifisial dan dukungan ventilasi mungkin
    diperlukan jika terjadi depresi pernapasan
    6. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan
    status kardiovaskuler serta pernapasan.
    Tujuan : Perbaikan proses berpikir.
    Intervensi
    a. Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya.
    b. Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktifitas yang, tidak bersifat mengancam.
    Rasional : Memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi pasien terhadap stres.
    c. Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan
    mental merupakan akibat dan proses penyakit.

    Rasional : Meyakinkan pasien dan keluarga tentang penyebab perubahan kognitif
    dan bahwa hasil akhir yang positif dimungkinkan jika dilakukan terapi yang tepat.

    Intervensi Pada Kondisi miksedema / koma miksedema
    a. Pantau pasien akan; adanya peningkatan keparahan tanda dan gejala hipertiroidisme.
    1) Penurunan tingkat kesadaran ; demensia
    2) Penurunan tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi
    3) pernapasan, suhu tubuh, denyut nadi)
    4) Peningkatan kesulitan dalam membangunkan dan menyadarkan pasien.
    Rasional : Hipotiroidisme berat jika tidak ditangani akan menyebabkan miksedema, koma miksedema dan pelambatan seluruh sistem tubuh
    b. Dukung dengan ventilasi jika terjadi depresi dalam kegagalan pernapasan
    Rasional : Dukungan ventilasi diperlukan untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat dan pemeliharaan saluran napas.
    c. Berikan obat (misalnya, hormon tiroksin) seperti yang diresepkan dengan sangat hati-hati.
    Rasional : Metabolisme yang lambat dan aterosklerosis pada miksedema dapat mengakibatkan serangan angina pada saat pemberian tiroksin
    d. Balik dan ubah posisi tubuh pasien dengan interval waktu tertentu.
    Rasional : Meminimalkan resiko yang berkaitan dengan imobilitas.
    e. Hindari penggunaan obat-obat golongan hipnotik, sedatif dan analgetik.
    Rasional : Perubahan pada metabolisme obat-obat ini sangat meningkatkan risiko jika diberikan pada keadaan miksedema.


    2. KRISIS TIROTOKSIK (TYROID STROM)

    Definisi
    Tyroid Strom juga dikenal sebagai krisis tirotoksik, adalah keadaan klinis hipertiroidisme paling berat yang mengancam jiwa. Umumnya keadaan ini timbul pada pasien dengan dasar penyakit Graves atau Struma Multiodular toxik. Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 106 oF), dan apabila tidak diobati akan terjadi kematian.

    Patofisiologi
    Pada keadaan sehat, Hipotalamus menghasilkan TRH (Tiroid Releasing Hormon), yang merangsang Kelenjar Hipofisis Anterior melepaskan TSH (Tiroid Stimulating Hormon) yang memicu Kelenjar Tiroid melepaskan Hormon Tiroid (HT). Bila kadar Hormon Tiroid dalam darah Tinggi maka kadar TRH dan TSH rendah (respon umpan balik.
    Tapi pada keadaan Hipertiroidisme, peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRH karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan keduanya. Pada malfungsi Kelenjar Hipofisis memberikan gambaran kadar Hormon Tiroid (HT) dan Tiroid Stimulating Hormon (TSH) yang tinggi, kadar Tiroid Releasing Hormon (TRH) akan rendah karena umpan balik dari kadar HT dan TSH. Pada malfungsi Hipotalamus akan memperlihatkan kadar HT yang tinggi, disertai kadar TRH dan TSH yang berlebihan.
    Kadar Hormon Tiroid dalam darah yang tinggi mengakibatkan laju metabolisme basal dalam sel meningkat, yang meningkatkan aktifitas sistem saraf simpatis, menstimulasi sistem kardiak dan meningkatkan jumlah reseptor beta adrenergik, menyebabkan takikardia dan peningkatan curah jantung, volume sekuncup dan aliran darah perifer. Metabolisme yang sangat meningkat mengakibatkan penipisan lemak yang pada akhirnya terjadi defisiensi Nutrisi.



    Etiologi
    Keadaan Tiroid Strom pada penderita hipertiroidisme dipengaruhi dan dipicu oleh faktor :
    1. Sepsis.
    2. Pembedahan.
    3. Pengaruh anestesi.
    4. Pengaruh radioaktif terafi.
    5. Obat-obatan jenis adrenergic dan anticolinergik seperti pseudoepedrin, jenis NSAID golongan salicilat dan obat kemotherafi.
    6. Konsomsi berlebihan makanan yang mengandung iodium.
    7. Kegagalan dalam pengobatan Antitiroid.
    8. Keadaan ketoasidosis diabetikum.
    9. Trauma pada kelenjar tiroid.
    10. Toxemia pada kehamilan.

    Gambaran klinis.
    Terjadi peningkatan gejala Tiroksikosis pada sistem tubuh seperti :
    • Gejala umum yang tarjadi pada klien tiroid strom
    o Demam,
    o Keringat berlebihan.
    o Berat badan menurun.
    o Kesukaran bernafas
    o Dan cepat lelah (fatique)
    • Gejala Sistem Vaskular
    o Hipertensi dengan denyut nadi yang cepat dan lemah.
    o Tacycardia
    o Aritmia.
    • Gejala pada sistem saluran cerna :
    o Mual dan muntah.
    o Diare.
    o Nyeri perut.
    o Jaundice.

    • Gejala pada sistem persarafan :
    o Cemas
    o Perubahan prilaku
    o Penurunan kesadaran sampai koma.

    Pemeriksaan Penunjang
    Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH dan TRH akan memastikan keadaan dan lokalisasi masalah di sistem saraf pusat atau kelenjar Tiroid.
    1. T3 dan T4 selalu tinggi, T3 (Normal = 60 – 190 μg/ dL) dan T4 (Normal: 5.3 – 14.5 μg/ dL)
    2. Radioactive Iodine Uptake (RIU) ↑↑
    3. Respon TSH terhadap TRH hampir tidak ada
    4. Hypercalcemia
    5. TSH darah rendah (Normal = < 6 – 10 μU/ mL)
    6. Cholesterol darah ↓↓
    7. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia.
    Penatalaksanaan
    1. Diagnosis dan memberikan terafi terhadap penyakit-penyakit lain yang diderita.
    2. Pemberian terafi supportive
    - beri O2, obat penenang, infus cairan
    - corticosteroid (hydrocotison sampai 300 mg/ injeksi)
    - infus Na-iodida 1 – 2 gram tiap 8 jam
    3. Beri obat anti tiroid dosis tinggi
    Contoh: propylthiouracyl sampai 300 mg p.o atau melalui NGT
    4. beri propranolol (1- 2 mg iu sampai total dosis 2 – 10 mg) – untuk menenangkan tachycardinya

    Pengkajian Keperawatan
    Pengkajian pada klien Tiroid Strom pada prinsipnya sama dengan pengkajian pada klien Hipertirodisme, namun pada klien Tiroid strom lebih diprioritaskan pada gejala yang mengancam jiwa.
    Pengkajian pada Hipertiroidisme dengan Tiroid Strom.
    1. Aktivitas atau istirahat
    a. Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah, gangguan koordinasi, Kelelahan berat.
    b. Tanda : Atrofi otot
    2. Sirkulasi
    a. Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina).
    b. Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, Peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat. Sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis).
    3. Eliminasi
    a. Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria, nocturia), Rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), Infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan abdomen, Diare, Urine encer, pucat, kuning, poliuria ( dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif ( diare ).
    4. Integritas / Ego
    a. Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.
    b. Tanda : Ansietas peka rangsang.
    5. Makanan / Cairan
    a. Gejala : Hilang nafsu makan, Mual atau muntah. Tidak mengikuti diet : peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (tiazid).
    b. Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, Pembesaran thyroid ( peningkatan kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah ), bau halitosis atau manis, bau buah (napas aseton).
    6. Neurosensori
    a. Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot parasetia, gangguan penglihatan.
    b. Tanda : Disorientasi, megantuk, lethargi, stupor atau koma (tahap lanjut), gangguan memori (baru masa lalu) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD menurun; koma). Aktivitas kejang ( tahap lanjut dari DKA).
    7. Nyeri / Kenyamanan
    a. Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
    8. Pernapasan
    a. Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak).
    b. Tanda : Sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi pernapasan meningkat.
    9. Keamanan
    a. Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
    b. Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan umum / rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam ).
    10. Seksualitas
    a. Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria ; kesulitan orgasme pada wanita.
    b. Tanda : Glukosa darah : meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih. Aseton plasma : positif secara menjolok. Asam lemak bebas : kadar lipid dengan kolosterol meningkat.
    Diagnosa Keperawatan
    Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien yang mengalami hipertiroidisme adalah sebagai berikut :
    1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
    2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.
    3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan).
    4. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan mekanisme perlindungan dari mata ; kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
    5. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik.
    6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
    7. Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologik, peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental, perubahan pola tidur.
    Perencanaan / Intervensi.
    1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
    Tujuan : Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan kriteria : 1) Nadi perifer dapat teraba normal. 2) Vital sign dalam batas normal. 3) Pengisian kapiler normal 4) Status mental baik 5) Tidak ada disritmia.
    Intervensi :
    a. Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan Perhatikan besarnya tekanan nadi.
    Rasional : Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi.
    b. Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien.
    Rasional : Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot jantung atau iskemia.
    c. Auskultasi suara nafas. Perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti krekels)
    Rasional : S1 dan murmur yang menonjol berhubungan dengan curah jantung meningkat pada keadaan hipermetabolik.
    d. Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membran kering, nadi lemah, penurunan produksi urine dan hipotensi.
    Rasional : Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yag akan menurunkan volume sirkulasi dan menurunkan curah jantung.
    e. Catat masukan dan haluaran Askep Klien Hipertiroidisme.
    Rasional : Kehilangan cairan yang terlalu banyak dapat menimbulkan dehidrasi berat.
    2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi
    Tujuan : Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energi
    Intervensi :
    a. Pantau tanda vital dan catat nadi baik istirahat maupun saat aktivitas.
    Rasional : Nadi secara luas meningkat dan bahkan istirahat , takikardia mungkin ditemukan.
    b. Ciptakan lingkungan yang tenang.
    Rasional : Menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar dapat menimbul-kan agitasi, hiperaktif, dan imsomnia.
    c. Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas.
    Rasional : Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolisme.
    d. Berikan tindakan yang membuat pasien merasa nyaman seperti massage.
    Rasional : Meningkatkan relaksasi
    3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan).
    Tujuan : Klien akan menunjukkan berat badan stabil dengan kriteria :
    a. Nafsu makan baik.
    b. Berat badan normal
    c. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
    Intervensi :
    a. Catat adanya anoreksia, mual dan muntah
    Rasional : Peningkatan aktivitas adrenergic dapat menyebabkan gangguan sekresi insulin/terjadi resisten yang mengakibatkan hiperglikemia.
    b. Pantau masukan makanan setiap hari, timbang berat badan setiap hari.
    Rasional : Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid.
    c. kolaborasi untuk pemberian diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin
    Rasional : Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat-zat makanan yang adekuat dan mengidentifikasi makanan pengganti yang sesuai
    4. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan mekanisme perlindungan dari mata; kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus
    Tujuan : Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari ulkus.
    Intervensi :
    a. Observasi adanya edema periorbital
    Rasional : Stimulasi umum dari stimulasi adrenergik yang berlebihan
    b. Evaluasi ketajaman mata
    Rasional : Oftalmopati infiltratif adalah akibat dari peningkatan jaringan retro-orbita
    c. Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap Askep Klien Hipertiroidisme
    Rasional : Melindungi kerusakan kornea
    d. Bagian kepala tempat tidur ditinggikan
    Rasional : Menurunkan edema jaringan bila ada komplikasi
    5. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik
    Tujuan : Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi dengan kriteria : Pasien tampak rileks.
    Intervensi :
    a. Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas
    Rasional : Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan imsomnis
    b. Bicara singkat dengan kata yang sederhana
    Rasional : Rentang perhatian mungkin menjadi pendek , konsentrasi berkurang, yang membatasi kemampuan untuk mengasimilasi informasi.
    c. Jelaskan prosedur tindakan
    Rasional : Memberikan informasi yang akurat yang dapat menurunkan kesalahan interpretasi.
    d. Kurangi stimulasi dari luar
    Rasional : Menciptakan lingkungan yang terapeutik
    6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
    Tujuan : Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya dengan kriteria mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya.
    Intervensi :
    a. Tinjau ulang proses penyakit dan harapan masa depan
    Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat menentukan pilihan berdasarkana informasi.
    b. Berikan informasi yang tepat
    Rasional : Berat ringannya keadaan, penyebab, usia dan komplikasi yang muncul akan menentukan tindakan pengobatan.
    c. Identifikasi sumber stress
    Rasional : Faktor psikogenik seringkali sangat penting dalam memunculkan / eksaserbasi dari penyakit ini.
    d. Tekankan pentingnya perencanaan waktu istirahat
    Rasional : Mencegah munculnya kelelahan
    e. Berikan informasi tanda dan gejala dari hipotiroid
    Rasional : Pasien yang mendapat pengobatan hipertiroid besar kemungkinan mengalami hipotiroid yang dapat terjadi segera setelah pengobatan selama 5 tahun kedepan.
    7. Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologik, peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental, perubahan pola tidur.
    Tujuan : Mempertahankan orientasi realitas umumnya, mengenali perubahan dalam berpikir/berprilaku dan faktor penyebab.
    Intervensi :
    a. Kaji proses pikir pasien seperti memori, rentang perhatian, orientasi terhadap tempat, waktu dan orang.
    Rasional : Menentukan adanya kelainan pada proses sensori Askep Klien Hipertiroidisme
    b. Catat adanya perubahan tingkah laku
    Rasional : Kemungkinan terlalu waspada, tidak dapat beristirahat, sensitifitas meningkat atau menangis atau mungkin berkembang menjadi psikotik yang sesungguhnya.
    c. kaji tingkat ansietas
    Rasional :Ansietas dapat merubah proses pikir
    d. Ciptakan lingkungan yang tenang, turunkan stimulasi lingkungan
    Rasional : Penurunan stimulasi eksternal dapat menurunkan hiperaktifitas/refleks, peka rangsang saraf, halusinasi pendengaran.
    e. Orientasikan pasien pada tempat dan waktu
    Rasional : Membantu untuk mengembangkan dan mempertahankan kesadaran pada realita/lingkungan.
    f. Anjurkan keluarga atau orang terdekat lainnya untuk mengunjungi klien.
    Rasional : Membantu dalam mempertahankan sosialisasi dan orientasi pasien.
    g. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti sedatif/tranquilizer, atau obat anti psikotik.
    Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan hipersensitifitas saraf/agitasi untuk meningkatkan proses pikir.


    Evaluasi
    Hasil yang diharapkan adalah :
    1. Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.
    2. Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energi.
    3. Klien akan menunjukkan berat badan stabil.
    4. Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari ulkus.
    5. Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi.
    6. Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya.
    7. Mempertahankan orientasi realitas umumnya, mengenali perubahan dalam berpikir / berprilaku dan faktor penyebab.

    KRISIS ADRENAL
    Krisis Adrenal atau krisis Addison atau Acute Adrenal Insuffiency adalah suatu
    insufisiensi adrenal akut yang biasanya ditemukan dalam keadaan syok pada seseorang
    yang menderita insufisiensi adrenal yang sebelumnya tidak diketahui atau pada
    penderita insufisiensi adrenal yang kenudian mendapat suatu infeksi bakteri, tindakan
    operasi, diare atau penyakit berat lainnya.
    Krisis terjadi bila kebutuhan fisiologis terhadap hormon tersebut melebihi
    kemampuan kelenjar adrenal untuk menghasilkan hormon tersebut, yaitu pada
    penderita dengan kekurangan hormon kelenjar adrenal yang kronis yang terkena stress
    atau penyakit.
    Etiologi dari krisis Addison ini antara lain adalah infeksi, trauma, tindakan
    pembedahan, luka bakar, kehamilan, anestesi umum dan keadaan hipermetabolik. 3
    Harus dibedakan antara krisis addison dan penyakit Addison. Penyakit Addison
    adalah suatu kondisi dimana kelenjar adrenal tidak dapat memproduksi dengan cukup
    beberapa jenis hormon. Kondisi tersebut dikenal setelah DR. Addison pada tahun 1855
    mengemukakan tentang penyakit tersebut. Penyakit Addison sangat jarang ditemukan,
    dari hasil penelitian di Inggris didapatkan hasil dari satu juta orang hanya terjadi 8
    kasus saja. Kebanyakan kasus terjadi antara umur 20 sampai 50 tahun, tetapi dapat
    pula terjadi pada semua umur.
    Perbedaan dengan krisis Addison adalah dalam gejala, pada penyakit Addison
    gejala berkembang secara lambat mulai dari beberapa bulan sampai dengan tahun
    ditandai dengan: lemah badan, lekas lelah, anoreksia, penurunan berat badan dan
    hiperpigmentasi, sedangkan krisis adrenal terjadi secara akut yaitu muntah muntah dan
    nyeri abdominal dan syok hipovolemik.
    Krisis Addison ini harus dapat dikenali dengan cepat, karena sangat mengancam
    jiwa, karena itu akan dibahas mengenai diagnosa dan penatalaksanan krisis Addison.


    INSUFISIENSI ADRENAL
    DEFINISI
    Adalah sekresi yang inadekwat dari adrenokortikosteroid, dapat terjadi sebagai hasil
    dari sekresi ACTH yang tidak cukup atau karena kerusakan dari kelenjar adrenal dapat
    sebagian atau seluruhnya. Manifestasi yang terjadi dapat bermacam macam , dapat
    terjadi tiba tiba dan mengancam jiwa atau dapat juga berkembang secara bertahap dan
    perlahan lahan.

    KLASIFIKASI
    Insufisiensi adrenal dibagi menjadi 3 tipe, tergantung dari dimana terjadinya
    masalah pada kelenjar hipothalamik pituitary-adrenal dan seberapa cepat turunnya
    hormon hormon tersebut.
    1. Chronic primary adrenal insufiiciency ( Addison disease)
    2. Chronic secondary adrenal insufficiency
    3. Acute adrenal insufficiency ( Adrenal Crisis )

    1. Chronic primary adrenal insufisiency ( Addison disease )
    Penyakit ini berhubungan dengan kerusakan secara lambat dari kelenjar adrenal,
    dengan defisiensi kortisol, aldosterone, dan adrenal androgen dan kelebihan dari ACTH
    dan CRH yang berhubungan dengan hilangnya feedback negatif.

    Patofisiologi :
    Insufisiensi adrenal kronis terjadi ketika kelenjar adrenal gagal untuk mengeluarkan
    hormon dalam jumlah yang adekwat, untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, walaupun
    ACTH keluar dari kelenjar pituitari.

    Etiologi
    1. Autoimun ( kurang lebih 70-90 kasus)
    2. Infeksi ( TBC, Histoplasmosis, HIV, Syphilis)
    3. Keganasan ( metastase dari paru paru, mamae, carcinoma colon, melanoma,
    lymphoma)



    Gejala gejala dan tanda tanda
    1. Gejala yang berhubungan dengan kekurangan kortisol
    Lemah badan, cepat lelah, anoreksia, mual mual, muntah, diare, hipoglikemi,
    hipertensi ortostatik ringan, hiponatremi, eosinophilia.

    2.Gejala yang berhubungan dengan kekurangan aldosteron
    Hipertensi ortostatik, hiperkalemia, hiponatremia

    3.Gejala yang berhubungan dengan kekurangan androgen
    Kehilangan bulu bulu axilla dan pubis

    4. Gejala yang berhubungan dengan kelebihan ACTH
    Hiperpigmentasi kulit dan permukaan mukosa

    Diagnosis
    Periksa kadar kortisol baseline pada pagi hari dan ACTH, lalu dilakukan
    cosyntropin (ACTH) stimulation test. Kadar kortisol biasanya rendah dan kadar ACTH
    tinggi dan eksogen ACTH tidak meningkatkan kortisol karena kelenjar adrenal tidak
    berfungsi. Pemeriksaan lebih lanjut tergantung dari kemungkinan penyebab penyakit
    yaitu autoimun, infeksi dan keganasan.

    Penanganan
    1. Pemberian kortisol po 15 mg pagi hari dan hidrokortison po 10 mg sore hari
    ( dosis dikurangi secara bertahap, lalu gunakan dosis terendah yang masih
    dapat ditoleransi ).
    2. Gantikan aldosteron dengan fludrikortison 50-200mcg/hari, dosis titrasi sesuai
    dengan tekanan darah dan kadar Kalium
    3. Yang paling penting adalah memakai tanda ditangan yang menerangkan
    penyakit penderita dan instruksi untuk meningkatkan duakali lipat atau tiga kali
    lipat dosis hidrokortison selama stres fisiologik

    2. Chronic Secondary Adrenal Insuficiency
    Adalah penurunan kadar kortisol yang berlebihan, berhubungan dengan
    kehilangan fungsi secara lambat dari hypothalamus dan pituitari. Kadar kortisol dan
    ACTH keduanya menurun, tetapi kadar aldosteron dan adrenal androgen biasanya
    normal karena keduanya diregulasi diluar jalur hipotalamus hipofise.

    Patofisiologi
    Insufisiensi adrenal kronis sekunder terjadi ketika steroid eksogen menekan
    hypothalamus-pituitary-adrenal axis (HPA). Bila terjadi penurunan dari steroid eksogen
    ini akan mencetuskan suatu krisis adrenal.atau stess yang akan meningkatkan
    kebutuhan kortisol.

    Etiologi
    1. Terapi glukokortikoid jangka lama ( mensupresi CRH )
    2. Tumor pituitari atau hipotalamus
    3. Radiasi pituitari
    4. Penyakit infeksi dan infiltrasi dari kelenjar pituitari ( sarkoid, hystiosistosis,TB,
    histoplasmosis)

    Gejala dan tanda tanda :
    Yang berhubungan dengan kekurangan hormon kortisol adalah: lemah badan,
    cepat lelah, anoreksia, mual-mual, muntah, diare, hipoglikemi, eosinophilia, hipotensi
    ortostatik yang ringan.

    Diagnosis :
    Periksa kadar kortisol baseline pada pagi hari dan kadar ACTH, lalu dilakukan test
    stimulasi cosyntropin (ACTH). Kadar kortisol dan ACTH biasanya rendah eksogen
    ACTH meningkatkan kortisol pada kasus yang ringan atau onset baru dari insufisiensi
    adrenal sekunder. Jika kelainan yang terjadi sudah sangat lama maka cosyntropin test
    akan negatif karena berhubungan dengan kejadian adrenal atropi. Pikirkan alternatif
    pemeriksaan endokrin yang lain seperti test insulin , metyrapone atau CRH stimulation
    test. Periksa lebih lanjut penyakit yang mendasarinya contoh pituitary makro
    adenoma.

    Penatalaksanaan :
    1. Berikan kortisol 15 mg pada pagi hari dengan hidrocortison 10 mg pada sore
    hari ( dosis dapat di turunkan, gunakan dosis terendah yang masih dapat
    ditoleransi.atau gunakan glukokortikoid dan kemudian lakukan tappering off.
    2. Yang paling penting adalah memakai tanda ditangan yang menerangkan
    penyakit penderita dan instruksi untuk meningkatkan duakali lipat atau
    tiga kali lipat dosis hydrokortison selama stres fisiologis.

    3. Acute Adrenal Insuficiency ( Krisis Addison)
    KRISIS ADDISON (ACUTE ADRENAL INSUFICIENCY)
    DEFINISI
    Suatu keadaan gawat darurat yang berhubungan dengan menurunnya atau
    kekurangan hormon yang relatif dan terjadinya kolaps sistem kardiovaskuler dan
    biasanya gejala gejalanya non spesifik, seperti muntah dan nyeri abdomen.

    PATOFISIOLOGI
    Kortek adrenal memproduksi 3 hormon steroid yaitu hormon glukokortikoid
    (kortisol), mineralokortikoid (aldosteron, 11-deoxycoticosterone) dan androgen
    (dehydroepiandrosterone). Hormon utama yang penting dalam kejadian suatu krisis
    adrenal adalah produksi dari kortisol dan adrenal aldolteron yang sangat sedikit.
    Kortisol meningkatkan glukoneogenesis dan menyediakan zat - zat melalui
    proteolisis, penghambat sintesis protein, mobilisasi asam lemak,dan meningkatkan
    pengambilan asam amino di hati. Kortisol secara tidak langsung meningkatkan
    sekresi insulin untuk mengimbangi hperglikemi tetapi juga menurunkan sensitivitas
    dari insulin. Kortisol juga mempunyai efek anti inflamasi untuk mestabilkan lisosom,
    menurunkan respon leukositik dan menghambat produksi sitokin. Aktivitas fagositik
    dipertahankan tetapi sel mediated imunity hilang pada keadaan kekurangan kortisol
    dan mensupresi sintesis adrenokortikotropik hormon ( ACTH).
    Aldosteron di keluarkan sebagai respon terhadap stimulasi dari angiotensin II
    melalui system renin angiotensin, hiperkalemi, hiponatremi dan antagonis dopamin.
    Efek nya pada target organ primer. Ginjal meningkatkan reabsorpsi dari natrium dan
    sekresi dari kalium dan hidrogen. Mekanismenya masih belum jelas, peningkatan dari
    natrium dan kalium mengaktivasi enzim adenosine triphosphatase ( Na/K ATPase)
    yang bertangung jawab untuk trasportasi natrium dan juga meningkatkan aktivitas dari
    carbonic anhidrase, efek nya adalah meningkatkan volume intravaskuler. System renin
    angiotensin-aldosteron tidak dipengaruhi oleh glukokortikoid eksogen dan kekurangan
    ACTH mempuyai efek yang sangat kecil untuk kadar aldosteron kekurangan hormon
    adrenokortikal menyebabkan efek yang berlawanan dengan hormon ini dan
    menyebabkan gejala klinis yang dapat ditemukan pada krisis adrenal.
    Berikut adalah bagan yang menggambarkan keadaan yang terjadi pada krisis
    Addison

    INSIDENSI
    Insidensi dari krisis adrenal sangat jarang yaitu : sekitar 4 dari 100.000 orang.

    ETIOLOGI
    Penyebab primer adalah perdarahan kelenjar adrenal bilateral, trombosis atau
    nekrosis selama terjadi sepsis atau ketika mendapat antikoagulan. Bila kehilangan
    kelenjar adrenal unilateral tidak akan menyebabkan insufisiensi adrenal.
    Penyebab sekunder adalah peripartum pituitary infark (Sheehan`s syndrom),
    Pituitary apoplexy ( perdarahan pada kelenjar pituitary), trauma kepala dengan
    gangguan batang kelenjar pitutari, tetapi biasanya tidak seberat pada keadaan
    adrenal insuficiency primer karena sekresi aldosteron tidak dipengaruhi.

    FAKTOR RESIKO
    Penggunaan steroid , kurang lebih 20 mg sehari dari prednison atau persamaannya
    sekurang kurangnya 5 hari pada 1 tahun terahir, penderita menerima dosis yang
    mendekati kadar fisiologis yang dibutuhkan selama 1 bulan untuk memulihkan fungsi
    dari kelenjar adrenal.
    Stres fisiologik yang berat seperti sepsis, trauma, luka bakar, tindakan
    pembedahan. Berikut ini adalah keadaan yang terjadi pada hipotalamik-pituitaryadrenal
    axis pada keadaan normal, keadaan stress fisiologis yang berat dan dalam keadaan critical illness.
    Organisme yang berhubungan dengan krisis adrenal yaitu haemophilus Influenza,
    staphilokokus aureus, streptokokus pneumonia, jamur.
    Selain itu penggunaan obat inhalasi fluticasone, setelah injeksi steroid intra
    artikular, dan pada pengguna obat-obatan ketokonazole, phenitoin, rifampisin.

    GEJALA KLINIS
    Gejala klinis yang mendukung suatu diagnosis krisis adrenal adalah sebagai berikut :
    • Syok yang sulit dijelaskan etiologinya biasanya tidak ada pengaruh dengan
    pemberian resusitasi cairan atau vasopresor.
    • Hipotermia atau hipertermia
    • Yang berhubungan dengan kekurangan kortisol yaitu cepat lelah, lemah badan,
    anoreksia, mual mual dan muntah , diare, hipoglikemi, hipotensi, hiponatremi.
    • Yang berhubungan dengan kekurangan hormon aldosteron yaitu hiperkalemia
    dan hipotensi berat yang menetap
    • Lain lain tergantung dari penyebab, mungkin didapatkan panas badan, nyeri
    abdomen dan pinggang yang berhubungan dengan perdarahan kelenjar
    adrenal.

    PEMERIKSAAN PENUNJANG
    Data laboratorium memperlihatkan kadar glukosa darah yang rendah. Biasanya
    kadar natrium plasma juga rendah tetapi jarang dibawah 120 meq/L dan kadar kalium
    dalah meningkat, tetapi jarang diatas 7 meq.L. Penderita biasanya mengalami asidosis
    dengan kadar bikarbonat plasma antara 15-20 meq /L. Kadar ureum juga meningkat.
    Kemungkinan diagnosa juga dapat di lihat dari adanya eosinofilia dan limpositosis
    pada SADT, dan adanya gangguan kadar serum tiroid 4
    Diagnosa paling spesifik yaitu dengan memeriksa kadar ACTH dan kortisol, jika
    terdapat banyak waktu. Serum kotisol biasanya kadarnya kurang dari 20 mcg/dl tetapi
    kita dapat menunggu untuk melakukan pemeriksaan ini bila pasien sudah dapat
    distabilkan. Jika akan dilakukan test untuk menstimulasi ACTH setelah memulai stess
    dose steroid, pastikanlah steroid sudah diganti ke dexametason karena tidak akan
    mempengaruhi test.
    Cara melakukan ACTH test adalah pertama tetapkan kadar kortisol plasma
    baseline, kemudian berikan ACTH 250 mcg intavena yang diberi tekanan kemudian
    pantau serum kortisol 30-60 menit setelah diberikan ACTH. Kenaikan kurang dari 9
    mcg dapat dipikirkan sebagai insuficiensi adrenal.
    Pada foto thorax harus dicari tanda tanda tuberculosis, histoplasmosis, keganasan,
    sarkoid dan lymphoma.
    Pada pemeriksaan CT scan abdomen menggambarkan kelenjar adrenal
    mengalami perdarahan, atropi, gangguan infiltrasi, penyakit metabolik. Perdarahan
    adrenal terlihat sebagai bayangan hiperdens, dan terdapat pembesaran kelenjar
    adrenal yang bilateral.
    Pada pemeriksaan EKG mempelihatkan adanya pemanjangan dari interval QT
    yang dapat mengakibatkan ventikular aritmia, gelombang t inverted yang dalam dapat
    terjadi pada akut adrenal krisis.
    Pemeriksaan histologis tergantung dari penyebab kegagalan adrenal. Pada
    kegagalan adrenokotikal yang primer, terlihat gambaran infeksi dan penyakit infiltratif.
    Pada kegagalan adrenokotikal yang sekunder dapat menyebabkan atrofi kelenjar
    adrenal. Gambaran dari perdarahan adrenal bilateral mungkin hanya ditemukan
    gambaran darah saja.

    PENATALAKSANAAN
    1. Cairan isotonik seperti NaCl 9% diberikan untuk menambah volume dan
    garam.
    2. Jika penderita hipoglikemi dapat di berikan cairan dextrose 50%
    3. Steroid IV secepatnya : dexametason 4 mg atau hydrokortisone 100 mg.
    Setelah penderita stabil lanjutkan dengan dexametasone 4 mg IV tiap 12
    jam atau hydrokortison 100 mg IV tiap 6-8 jam.
    4.Obati penyakit dasarnya seperti infeksi dan perdarahan, untuk infeksi dapat
    diberikan antibiotik.
    5.Untuk meningkatkan tekanan darah dapat diberikan dopamin atau norepineprin.
    6.Terapi pengganti mineralokortikoid dengan fludricortisone
    7.Penderita harus dikonsultasikan dengan endokrinologist, spesialis penyakit
    Infeksi, ahli critical care, kardiologis, ahli bedah.

    PROGNOSA
    Pada keadaan tidak didapatkan perdarahan adrenal bilateral, kemungkinan hidup
    dari penderita dengan krisis adrenal akut yang didiagnosa secara cepat dan ditangani
    secara baik, mendekati penderita tanpa krisis adrenal dengan tingkat keparahan yang
    sama. Penderita yang penyakitnya berkembang menjadi perdarahan sebelum dapat
    dilakukan pemeriksaan CT scan atau test hormonal jarang yang dapat bertahan hidup.
    Karena insiden dari krisis adrenal dan perdarahan adrenal sulit diketahui secara pasti
    maka mortalitas dan morbiditasnya tidak diketahui dengan jelas.

    Hypoglycemia
    DEFINISI http://www.blogger.com/img/blank.gif
    Penurunan konsentrasi gula dalam darah yang mengakibatkan kurangnya kadar glukosa dalam sistem saraf pusat
    • Tiba-tiba
    ü Pucat
    ü Gemetar
    ü Tachycardia
    ü Penglihatan berkunang-kunang
    ü Bingung
    • Bertahap
    ü Fatigue
    ü Bingung
    ü Pusing
    ü Sering lupa
    ü Kejang, koma
    • Pathophysiology
    Spontaneous Hypoglycemia
    - Cacat, pembedahanan GI
    - Idiopathic hypoglycemia
    - Tumor terutama pd sal cerna
    - Kanker
    - Organ endokrin terkait
    -Penyakit hati
    Induced Hypoglycemia
    -Insulin buatan
    -Alcohol
    -Obat-obatan
    Diabetic Ketoacidosis
    Sutu kondisi kekurangan insulin yang mengakibatkan hyperglycemia, asidosis, dehidrasi dan gangguan elektrolit berat


    Tanda dan Gejala
    Polyuria, dehydration
    Sodium, Phosphorous, Magnesium menurun
    Hypokalemia berat
    Signs and symptoms
    - Kussmaul respirations
    - Postural dizzyness
    - CNS depression
    - Ketonuria
    - Anorexia
    - Nausea
    - Abdonminal pain
    - Thirst, polyuria
    Treatment
    - ABC’s, intubation for the comatose patient
     
                                                                       Daftar Pustaka

    Arthur C. Guyton and John E. Hall ( 1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

    Carolyn M. Hudak, Barbara M. Gallo (1996), Keperawatan Kritis; Pedekatan Holistik Volume II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

    Donna D. Igatavicius, Kathy A. Hausman ( 1995), Medical Surgical Nursing: Pocket Companoin For 2 nd Edition, W. B. Saunders Company, Philadelphia.

    Lynda Juall Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

    Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

    R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
     

1 komentar:

  1. Menangkan Jutaan Rupiah dan Dapatkan Jackpot Hingga Puluhan Juta Dengan Bermain di www(.)SmsQQ(.)com

    Kelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
    -Situs Aman dan Terpercaya.
    - Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
    - Proses Setor Dana & Tarik Dana Akan Diproses Dengan Cepat (Jika Tidak Ada Gangguan).
    - Bonus Turnover 0.3%-0.5% (Disetiap Harinya)
    - Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
    -Pelayanan Ramah dan Sopan.Customer Service Online 24 Jam.
    - 4 Bank Lokal Tersedia : BCA-MANDIRI-BNI-BRI

    8 Permainan Dalam 1 ID :
    Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar66

    Info Lebih Lanjut Hubungi Kami di :
    BBM: 2AD05265
    WA: +855968010699
    Skype: smsqqcom@gmail.com

    BalasHapus